Pages

Monday, September 6, 2010

Meneroka Gunung Berapi D Bawah Laut


Gunung berapi di Indonesia yang berjajar dari barat ke timur terbentuk akibat subduksi plat lautan terhadap plat benua. Gunung berapi muncul di darat dan laut. Gunung-gunung api di bawah laut ditemui di utara Sabah dan Maluku, perairan timur Pulau Timor hingga Laut Banda.



Penemuan gunung bawah laut di perairan barat Sumatera kemungkinan terbentuk oleh proses yang berbeza. Citra seismik yang ditunjukkan berupa bentuk kon di perairan Mentawai, menurut Wahyoe S Hantoro, pakar geologi dari Pusat Penyelidikan Geoteknologi Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia, kemungkinan adalah gunung lumpur yang terbentuk di batas pertemuan lempeng.Gunung ini tidak menunjukkan aktiviti gunung berapi. "Namun, bila ternyata dijumpai aktiviti gunung berapi di kawasan tersebut, ini merupakan suatu anomali," ujar Wahyoe.


Penemuan gunung api bawah laut di selatan wilayah perairan Indonesia pernah terjadi tahun 1998 ketika kajian geologi dan Geofisika marin di bawah koordinasi BPPT dan Jerman-dengan kapal penyelidikan milik Kerajaan Jerman, Sonne-termasuk struktur yang dipercayai bakal gunung api bawah laut yang baru. Lokasinya berhampiran Gunung Krakatau di Selat Sunda.


Selain itu, kajian tahun 1997 juga mengesan kandungan gas metan atau gas alam yang berpotensi di perairan selatan Jawa Barat dan Bengkulu.


Dari survei di daerah busur depan di dua lokasi tersebut, sumber gas alam diketahui berada sekitar 500 meter di bawah dasar laut.


Pemetaan struktur geologi bawah laut dari perairan di selatan Cilacap, Selat Sunda, hingga ke selatan Bengkulu, ujar Hantoro, untuk menyusun peta zonasi bahaya aktiviti tektonik di daerah itu.


Di wilayah itu, juga telah dikenalpasti terusan dari zon patahan Sumatera yang membelok di Selat Sunda, lalu terus ke selatan. Diketahui pula zon patahan Mentawai Penemuan penyelidik Indonesia dan Perancis.


Sementara itu, kajian yang dilakukan berbagai ekspedisi di antaranya oleh LIPI telah menemui gunung api yang aktif di bawah laut. Aktiviti gunung berapi antara lain ditunjukkan oleh asap hitam dan gelembung. Hal ini ditemui di barat Morotai, Maluku Utara. Pegunungan itu dijumpai berjajar dari utara Manado dan Sangir selain di Busur Banda yang membentang dari Laut Banda hingga Selat Alor di tenggara Indonesia.


Kajian gunung api di utara Manado hingga ke Sangihe, kata Ridwan Djamaluddin, Kepala Pusat Survei Kelautan BPPT, dilakukan Mei ini dengan Kapal Baruna Jaya IV. Ekspedisi ini merupakan kajian awal untuk penelitian lebih lanjut dengan kapal Okeanor milik NOAA tahun depan.


Banua Wuhu


Penemuan gunung api bawah laut tidak hanya oleh penyelidik dengan sarana lengkap, tetapi juga dapat dilihat oleh penduduk pesisir kerana lokasinya relatif mudah dijangkau.


Seperti diungkapkan penyelam alam Veldi dan Oku, awal Mei, mereka telah menemui gelembung-gelembung yang keluar dari celah tumpukan batu di titik kawah Banua Wuhu yang hampir 300 meter dari bibir Pulau Mahengetang di Kepulauan Sangihe, Sulawesi Utara.

Gelembung gas itu keluar tab buih-buih kecil yang berbaris-baris tanpa henti. Pada lokasi tempat gelembung keluar tak ada terumbu karang yang tumbuh walau penetrasi cahaya matahari bisa dibilang sangat cukup. Mungkin karena suhu air di lokasi tersebut cukup hangat, iaitu sekitar 37 darjah celsius-38 darjah celsius.


Bahkan, pada titik di Banua Wuhu terdapat sejumlah lubang yang mengeluarkan air yang panasnya, menurut penduduk tempatan, sanggup untuk mematangkan sebutir telur.


Akan tetapi, di wilayah sekitar titik gelembung keluar, jajahan terumbu karang hanya rapat.Pemandangan lembah dan perbukitan terbentuk dari formasi batu-batu dengan berbagai bentuk, mulai dari yang kecil hingga besar. Pemandangannya menjadi amat hebat.


Banua Wuhu yang berjarak 45 kilometer dari Gunung Awu di Pulau Sagihe Besar mempunyai ketinggian sekitar 400 meter dari dasar laut.


Puncak tempat gelembung keluar berada pada kedalaman lapan meter, tetapi pada saat air surut hanya sekitar 4 meter. Sejarah mencatat terbentuknya puncak sementara (ephemeral islands) yang muncul lalu menghilang.


Pada tahun 1835 muncul bukit setinggi 90 meter di atas permukaan laut yang kemudian runtuh menjadi bebatuan pada tahun 1848. Tahun 1889 tumbuh kembali dan pada 1894 mencapai tinggi 50 meter. Pulau hilang timbul ini kemudian muncul lagi pada 1919, lalu menghilang pada 1935.Mungkin dari situlah awal nama Banua Wuhu yang bermaksud dalam bahasa tempatan adalahbanua (pulau / dunia) wuhu (baru).


Sementara sejarah letusan yang paling awal tercatat terjadi 23-26 April 1835. Lalu, selanjutnya pada tahun 1889, 1895, 1904, 1918, dan 1919.


Letusan yang cukup hebat terjadi pada tahun 1989 dan 1919. Pada Julai 1989, letusan menghasilkan batu apung yang tersebar di permukaan laut sejauh mata memandang. Sebulan kemudian terdengar suara hebat disertai bau belerang yang kuat dan banyak ikan yang mabuk dan mati. Pada April 1919, letusan eksplosif dan lava disertai laut pasang mengiringi letupan hebat yang merosakkan pohon kelapa dan membakar rumah penduduk di pantai timur.


Pulau Mahengetang boleh dikatakan sebahagian daripada Banua Wuhu. Ini terlihat dari jenis tanah yang berpasir, berdebu, dan kecoklatan pada pulau yang luasnya kira-kira satu kilometer persegi.

No comments:

Post a Comment